Sejak saat itu, sambung Linda, lebih memperketat seleksi pemilihan kelas dengan mengajak empat guru dari masing-masing kelas kebutuhan khusus.
Menurutnya, yang menjadi kesulitan bagi mereka, yakni ketika ada anak dengan kebutuhan ganda. Hingga akhirnya diadakan kelas khusus dimana satu guru mengajar satu murid, dan pembelajarannya sampai pukul 17.30 WIB.
“Yang berkebutuhan ganda dikhususkan, ada juga kita menerima anak-anak yang autis satu guru satu murid itu. Nah, makanya kami pembelajarannya sampai jam setengah enam sore,” terangnya.
Baca juga : Proses Pendidikan Inklusif di Indonesia, Psikolog: Masih Banyak Sekolah Belum Siap
Orang tua siswa yang ditemui Mistar.id disela-sela jam istirahat sekolah, sebut saja Mawar (tidak nama sebenarnya atas permintaan narasumber), memiliki anak yang sudah bersekolah di SLB ini sejak SD hingga kini anak-anaknya sudah menduduki kelas SMP dan SMA.
Mawar memilih sekolah ini, karena dekat dari tempat tinggalnya dan juga uang sekolah yang lebih terjangkau dibanding sekolah lainnya.
Ia menyebutkan uang sekolah yang harus dibayarkan untuk SMP yaitu sebesar Rp125.000 per bulannya dan Rp135.000 perbulan untuk jenjang SMA.
Mawar dan beberapa orang tua siswa lainnya mengaku pernah mendapatkan bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun berakhir ketika pandemi covid-19.