“Mereka kita beri seperti keterampilan mengajar, mereka kita kasih pelatihan,” jelasnya.
Sebelumnya, kata Lindayani, di tahun 2000-an mereka mendapat training sekitar 3 bulan untuk tunagrahita ke SLB Abdi kasih dengan fasilitas pemerintah.
“Ada dikasih pelatihan guru autis mereka diajarkan lalu mereka dikasih tugas sekian bulan. Nanti diujikan hasilnya dan mendapatkan sertifikat,” tutur guru yang berlatar belakang psikologi ini.
Dalam pembelajaran, katanya, SLB TPI Medan menerapkan pembelajaran 30 persen teori dan 70 persen praktik. Dengan porsi itu diharapkan kemampuan dan keterampilan dari murid-murid lebih terasah.
Baca juga : Proses Pendidikan Inklusif di Indonesia, Psikolog: Masih Banyak Sekolah Belum Siap
“Ada banyak ekskul (ekstrakurikuler). Saking banyaknya pun saya lupa, tapi lebih dari 5. Menari ada, tapi karena gurunya lagi cuti melatih menari ya belum latihan cuma mereka sudah paham,” sebutnya.
SLB TPI, lanjutnya, juga mendapat dana dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Satuan Pendidikan Kinerja (BOSP Kinerja).
“BOS Kinerja itu kalau nggak salah tahun lalu. Jadi untuk anak kita yang punya prestasi, otomatis kan dari pemerintah terbaca. Jadi kita dapat bantuan karena berprestasi,” tambahnya. (susan/hm18)
