Basshofie juga menyoroti penggunaan material bambu sebagai perkuatan tambahan pada bangunan yang tidak didesain untuk tahan gempa. Kulit bambu dapat dipasang di dinding dan dikaitkan dengan kawat untuk meningkatkan kekuatan struktur hingga dua kali lipat.
Metode lain yang lebih murah adalah memasang kawat anyam, paku payung, dan plesteran pada dinding bangunan, yang terbukti dapat memperkuat ketahanan bangunan terhadap guncangan gempa.
Detail Pembesian dan Sambungan Kunci Kekuatan Bangunan
Nuraziz Handika, dari Departemen Teknik Sipil UI, menyoroti pentingnya detail pembesian dan sambungan struktur pada bangunan. Dalam kasus gempa di Lombok pada 2018, kegagalan sambungan kolom, balok, dan dinding menjadi faktor utama kerusakan bangunan.
Nuraziz menjelaskan bahwa panjang pengangkuran (anchoring) besi pada sambungan antara kolom dan balok sloof harus diperhitungkan dengan benar. Panjang tulangan harus disesuaikan, dengan ketentuan minimal 40 kali diameter tulangan. Misalnya, jika diameter tulangan yang digunakan adalah 10 mm, maka panjang pengangkuran minimal harus 40 cm di setiap arah dari sudut bangunan.
Baca juga:Â Daftar Megathrust yang Diprediksi Terjadi di Indonesia
Pengangkuran ini perlu diaplikasikan setiap enam lapis bata, diikuti dengan pengecoran besi angkur untuk mengikat kolom dengan dinding. Prinsip ini juga harus diterapkan pada sambungan di atap dan sudut dinding.
Banyaknya ancaman gempa bumi di Indonesia, para ahli menegaskan pentingnya mengikuti standar bangunan tahan gempa yang sudah ditetapkan. Pemerintah, pengembang, dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk memastikan bangunan yang didirikan tidak hanya estetis, tetapi juga mampu melindungi penghuninya dari ancaman bencana yang tak terhindarkan.
Rekomendasi dari para pakar ini diharapkan dapat mendorong pembangunan yang lebih aman, berkelanjutan, dan ramah lingkungan di seluruh Indonesia. (cnn/hm25)