Jakarta, MISTAR.ID
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa isu boikot terhadap produk yang dinilai terafiliasi dengan Israel telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kualitas dan potensi produk lokal.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Hukum, Dr. KH Ikhsan Abdullah, menyebut bahwa gerakan ini membawa dampak positif terhadap perekonomian nasional.
“Alhamdulillah, sekarang banyak bermunculan produk-produk baru, misalnya di bisnis air mineral. Produk lokal, yang saham mayoritasnya dimiliki orang atau perusahaan Indonesia, kualitasnya tidak kalah dengan produk asing,” ujar Ikhsan dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis,
Menurut Ikhsan, gerakan boikot terhadap produk multinasional yang dianggap mendukung Israel telah mendorong masyarakat untuk beralih ke produk lokal. Contohnya, konsumsi ayam goreng makanan populer di kalangan anak-anak mulai digantikan dengan produk lokal.
Baca juga: Tren AI 2025: Agen Cerdas, Kedaulatan AI, dan Transformasi Industri
“Boikot yang berjalan selama setahun lebih terakhir membuat beberapa perusahaan multinasional mengalami kerugian besar. Ini dampak wajar karena konsumen kini lebih selektif,” tambah Ikhsan.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pemberdayaan Perekonomian, Dr. KH Eman Suryaman, menegaskan bahwa gerakan boikot ini memberikan efek nyata pada peningkatan minat konsumen terhadap produk dalam negeri.
“Penjualan perusahaan multinasional yang pro-Israel mengalami penurunan signifikan. Kita harus berani melanjutkan gerakan ini demi mendukung perjuangan Palestina dan membangkitkan ekonomi nasional,” ujar Eman.
Gerakan boikot ini juga membuka peluang usaha baru bagi perusahaan lokal. Dengan berkurangnya ketergantungan pada produk asing, ekonomi dalam negeri mengalami pertumbuhan.
Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina menjadi landasan gerakan boikot ini. Fatwa tersebut merekomendasikan umat Islam untuk menghindari transaksi dengan produk yang terafiliasi dengan Israel. (ant/hm25)