Jakarta, MISTAR.ID
Ketika fenomena perubahan iklim dibahas di Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS pada Selasa (27/7/21) lalu, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden ada mengatakan, bahwa ancaman bencana alam ke depan luar biasa dahsyat.
Masih kata Biden, jika permukaan air laut naik 2,5 kaki atau 7,6 cm saja, maka akan ada jutaan orang di seluruh dunia yang harus pindah mengungsi dari tempat tinggalnya saat ini.
Ketika itu, Biden mengatakan, bahwa perubahan iklim saat ini menjadi ancaman terbesar Departemen Pertahanan AS.
Baca Juga: Banjir Bandang di Jerman-Belgia Renggut 100 Jiwa, 1.300 Masih Hilang
Ia juga menyebut jika proyeksi itu terjadi, maka Jakarta pun berpotensi akan tenggelam.
“Apa yang terjadi jika perkiraan Indonesia benar, bahwa dalam sepuluh tahun, mereka kemungkinan harus memindahkan ibu kota karena (kota) tenggelam?” ujar Biden dalam pidatonya seperti yang diunggah situs resmi Gedung Putih.
Biden dalam pemaparannya membahas seputar cara mengantisipasi perubahan iklim. Namun dia tidak menjabarkan lebih lanjut analisis potensi Jakarta tenggelam.
Baca Juga: China Dilanda Badai Pasir Raksasa Setinggi 100 Meter
Potensi Jakarta tenggelam bukan teori baru. Sebelumnya, pada 2020, pusat Peneliti Oseanografi LIPI, Intan Suci Nurhati sempat menyatakan bahwa ada dua faktor yang mendorong Jakarta bisa tenggelam.
Pertama kenaikan air laut global dan kedua disebabkan masalah permukaan tanah akibat penyedotan air tanah.
“Kalau melihat rate penurunan tanah oleh penggunaan air tanah (subsidence) dan kenaikan permukaan laut (sea level rise), (Jakarta) sangat mungkin (tenggelam),” ujar Intan kepada CNNIndonesia.com, Februari tahun lalu.
Baca Juga: Banjir Akibat Guyuran Hujan Lebat di China Tewaskan 12 Warga, 200 Ribu Mengungsi
Sementara Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Laely Nurhidayah, pernah memproyeksikan permukaan laut pada 2050 dan 2100 akan naik 25-50 cm.
Kenaikan permukaan laut, menurut hasil penelitian, akan mengancam warga kawasan pesisir di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, dan Demak.
LIPI juga membeberkan faktor lain yang ikut mendukung penurunan permukaan tanah Jakarta, salah satunya akibat pertambahan bangunan dalam skala masif setiap tahun.
Bangunan-bangunan untuk kepentingan industri, perkantoran, perumahan menyebabkan daerah resapan air semakin menipis. Hal itu harus ditata ulang oleh pemerintah.
Sementara Dicky Muslim, Dosen Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran, pada 22 Juni 2021 juga menyatakan ancaman bahaya yang mengintai Jakarta banyak terkait dengan bencana geologi, hidro-meteorologi dan sosial.
Ia pun tak menampik kemungkinan jika Jakarta berpotensi tenggelam pada 2050. Namun menurut Dicky, berdasarkan peta penurunan lahan Jakarta, umumnya Jakarta bagian utara yang semakin turun dan berpotensi tenggelam.
Di sisi lain, Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) pernah mengungkap hal serupa di situs resminya.
“Dalam beberapa dekade belakangan, masalah banjir kian buruk, sebagian karena pemompaan besar-besaran air tanah yang menyebabkan tanah tenggelam, menyusut, dalam waktu cepat,” tulis NASA.
Laporan itu berlanjut, “Menurut beberapa perkiraan, saat ini sekitar 40 persen kota itu sudah berada di bawah permukaan laut.”
Menurut NASA, Jakarta dan pulau reklamasi menjadi salah satu kota pesisir yang terancam tenggelam, akibat kenaikan permukaan air laut imbas pemanasan global dan pencairan lapisan es.
“Hanya sedikit tempat yang menghadapi potensi itu salah satunya daerah dengan penduduk 32 juta orang di Jakarta,” seperti tertulis di laman NASA.(CNN/hm02)