4.3 C
New York
Saturday, January 11, 2025

Mengapa Burung Berbahaya bagi Penerbangan? Simak Penjelasan Pakar

Jakarta, MISTAR.ID

Sebuah kecelakaan tragis terjadi di Bandara Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/24), ketika pesawat Jeju Air jatuh saat mendarat, menewaskan 179 dari 181 orang yang ada di dalam pesawat. Hanya dua orang, yang merupakan pramugari, yang selamat dari insiden tersebut.

Pihak berwenang dan para pengamat penerbangan menduga bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh bird strike, atau tabrakan pesawat dengan burung, yang diperparah dengan kondisi cuaca buruk saat insiden terjadi.

Bird strike adalah insiden yang terjadi ketika pesawat menabrak burung, baik saat lepas landas, mendarat, atau selama penerbangan.

Menurut Zulkifli, seorang analis penerbangan, tabrakan dengan burung bisa menyebabkan kerusakan serius pada struktur pesawat, mesin, atau sistem vital lainnya.

Baca juga: Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan Tewaskan 47 Orang

Jika burung terhisap ke dalam mesin, hal ini bisa menghentikan mesin dan berisiko fatal bagi penerbangan. Meskipun terkesan sepele dan sering terjadi, tabrakan dengan burung, terutama dalam jumlah besar, dapat mengancam keselamatan pesawat.

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mengungkapkan bahwa bird strike dapat mengakibatkan hilangnya daya pada mesin pesawat, dan dalam beberapa kasus telah menyebabkan kecelakaan fatal di seluruh dunia.

Bird strike juga sering terjadi di dekat bandara, terutama saat pesawat lepas landas atau mendarat, atau ketika terbang di ketinggian rendah di mana banyak aktivitas burung berlangsung.

Selama satu dekade terakhir, insiden bird strike tercatat dalam jumlah yang signifikan. Dewan Keselamatan Transportasi Australia melaporkan sebanyak 16.626 insiden terjadi antara tahun 2008 hingga 2017, sementara di Amerika Serikat, Administrasi Penerbangan Federal mencatat 17.200 insiden pada tahun 2022.

Baca juga: Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan Bertambah Jadi 75 Orang

Menurut Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA), bird strike tidak hanya menjadi masalah serius bagi maskapai penerbangan komersial, tetapi juga untuk penerbangan umum. Banyak pilot yang tidak menyadari potensi kerusakan serius akibat tabrakan dengan burung, bahkan burung berbulu halus sekalipun.

EASA juga menjelaskan bahwa peluang terjadinya bird strike tergantung pada berbagai faktor, termasuk waktu dan kondisi geografis. Musim migrasi burung, terutama yang terjadi dalam jumlah besar, meningkatkan risiko bird strike.

Waktu paling rawan adalah saat migrasi besar-besaran, terutama selama musim dingin. Selain itu, penerbangan rendah, pendaratan di luar bandara, dan lepas landas di sekitar area yang dihuni burung juga berpotensi menimbulkan gangguan.

Penyelidikan lebih lanjut, termasuk analisis kotak hitam pesawat, masih dilakukan untuk memastikan penyebab pasti dari kecelakaan tragis ini. (cnn/hm25)

Related Articles

Latest Articles