Jakarta, MISTAR.ID
Gempa bumi besar bisa menimbulkan mencuatnya emas di terumbu karang dan bawah tanah seperti yang dibeberkan para peneliti Australia.
Dari riset terkini itu, air yang muncul dari kedalaman kerak Bumi membawa gas, logam, dan mineral terlarut ke permukaan setiap kali terjadi gempa dan getaran seismik.
Dirangkum dari laman Live Science, pada Senin (9/9/24), lapisan silikon dioksida yang terkristalisasi di bawah tanah dinilai merupakan lahan subur untuk penambang emas. Walaupun mekanisme dasar di balik terbentuknya emas sudah dimengerti sejak lama, hanya bagaimana detailnya logam mulia itu muncul belum diketahui dengan jelas.
Baca juga:Peneliti AS Temukan Metode Mendeteksi Gempa Besar
Hanya penelitian baru dari para ilmuwan Australia’s Monash University, CSIRO, dan Australian Nuclear and Technology Organisation memprotes pandangan yang selama dipegang tentang bagaimana emas muncul. Menjadi suatu unsur, emas tidak gampang larut dalam air, sehingga jarang didapati dalam bongkahan besar.
Beberapa tahapan geologi dan biologi bisa menyebabkan bijih emas terkumpul dalam jumlah besar di sejumlah tempat. Akan tetapi tidak ada satu pun yang menerangkan mengapa partikel emas mampu mengendap di dalam balok kuarsa, terkumpul dalam bongkahan emas yang cukup besar.
Sering kali terjadi getaran pada kerak bumi, lapisan kuarsa bakal berderak dampak arus statis saat tegangan muncul dan elektron kembali seimbang. Lonjakan muatan ini tak akan bergeser terlalu jauh sebab kuarsa merupakan bahan yang terisolasi.
Di sektor lain, emas adalah konduktor listrik yang baik. Muncul kemungkinan bahwa reaksi elektrokimia dalam lapisan kuarsa bisa bermanfaat menjadi katalis, menarik cukup banyak emas dari larutan di titik konsentrasi lewat siklus getaran kecil yang muncul berulang.
Baca juga:BMKG: Gempa Gunungkidul Berhubungan dengan Megathrust
Pendapat para ahli, gelombang frekuensi yang dihasilkan gempa bumi dapat mendistorsi kristal kuarsa. Itu menyebabkan tegangan piezoelektrik terbentuk, yang berpotensi mengurangi emas dari larutan di dekatnya.
Para ilmuwan menempatkan 12 ubin kuarsa kecil yang dipotong dari kristal alami ke dalam larutan emas berair untuk menguji teori jika guncangan mampu menyebabkan butiran emas bertambah besar. Sebagian dari lempengan lalu digoyangkan 20 kali per detik selama 1 jam untuk meniru gempa kecil yang menghasilkan tegangan antara 0,4 dan 1,4 volt. Sisanya dibiarkan sebab bertindak menjadi kontrol.
Diterbitkan di jurnal Nature GeoScience, hasil kajian memakai mikroskop elektron mengungkap butiran emas berukuran mikrometer terbentuk pada ubin yang bergoyang. Sedangkan pada ubin kontrol, butiran emas tak mencuat.
Berarti apabila mengacu pada temuan ini, aktivitas tektonik kemungkinan bisa membuat benih emas terkonsentrasi atau terhimpun sebagai emas yang lebih besar. Tetapi menurut peneliti, pembentukan emas efek guncangan ini akan memakan waktu jauh lebih lama jika diterapkan di dunia nyata, mengingat gempa cuma terjadi sesekali saja.
Baca juga:Indonesia Berisiko Terhadap Gempa, Ini Alasannya
Walaupun dalam skala waktu geologis, proses ini bisa berlangsung singkat. Tanpa tambahkan tekanan kuarsa, susah untuk menerangkan bagaimana emas bisa terkumpul dalam endapan.
Proses peniruan juga mengonfirmasi bahwa logam mulia lebih disukai membeku di atas endapan emas yang telah ada dalam urat kuarsa, yang menolong menjelaskan pembentukan bongkahan emas berukuran besar.
Menjadi catatan, riset ini tidak memberikan petunjuk baru pada para ahli geologi dan perusahaan eksplorasi tambang mengenai di mana harus menambang bongkahan logam mulia. (lptn6/hm16)