12.1 C
New York
Tuesday, October 8, 2024

WHO: Penggunaan Ponsel Tidak Tingkatkan Risiko Kanker Otak

Jakarta, MISTAR.ID

World Health Organization (WHO) merilis hasil penelitian tentang keterkaitan penggunaan ponsel dan risiko kanker otak. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan ponsel tidak meningkatkan risiko kanker otak.

Dalam laporan tertulisnya, Minggu (789/24), WHO menjelaskan meskipun penggunaan teknologi nirkabel semakin meningkat, tidak ada bukti kenaikan kasus kanker otak.

“Termasuk bagi mereka yang sering menggunakan ponsel dalam waktu lama atau lebih dari 10 tahun,” kata WHO, dilansir dari detik.

Studi ini dipimpin oleh Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency (Arpansa), yang telah meninjau lebih dari 5.000 penelitian. Dari sekian banyak riset, hanya yang paling ilmiah dipilih untuk dianalisis. Sementara yang dinilai lemah dikecualikan.

Baca juga: Jangan Sepele dengan Nyeri Pinggang, Bisa Jadi Tanda Kanker Ginjal

“Kami menyimpulkan tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan adanya hubungan antara penggunaan ponsel dan kanker otak, ataupun kanker lainnya di area kepala hingga leher,” tambahnya.

Ponsel, seperti perangkat elektronik nirkabel lainnya, memancarkan radiasi elektromagnetik atau yang dikenal sebagai gelombang radio. Asisten direktur di Arpansa, Karidipis menjelaskan bahwa banyak orang salah mengira bahwa radiasi dari ponsel sama dengan radiasi nuklir.

“Karena kita sering menggunakan ponsel dekat kepala saat menelepon, banyak yang merasa khawatir,” ujarnya.

Karidipis menambahkan bahwa radiasi hanyalah bentuk energi yang bergerak dari satu titik ke titik lain, seperti radiasi ultraviolet dari Matahari. Ia juga menekankan bahwa manusia terpapar gelombang radio dalam tingkat rendah setiap hari.

Meski begitu, Karipidis mengakui bahwa radiasi ponsel memang lebih kuat dibanding perangkat elektronik lainnya.

Penelitian dari badan PBB, International Agency for Research on Cancer (IARC) menggolongkan ponsel sebagai kemungkinan karsinogen. Namun, Karipidis menjelaskan bahwa klasifikasi ini tidak terlalu signifikan. Menurutnya, kategori ‘kemungkinan’ tersebut belum membuktikan adanya peningkatan terhadap risiko kanker. (detik/hm20)

Related Articles

Latest Articles