15.9 C
New York
Monday, September 30, 2024

Spesialis Kulit dan Kelamin: Pasien Mpox Harus Isolasi Diri

Medan, MISTAR.ID

Akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) sekaligus Spesialis Kulit dan Kelamin, dr Arridha Hutami Putri memberitahukan cara pencegahan penularan hingga hal pendukung dalam kesembuhan penderita Mpox.

dr Arridha menegaskan bahwa para pasien Mpox sebaiknya melakukan isolasi agar tidak menularkan penyakit tersebut kepada orang sekitarnya.

“Harus isolasi ya karena penularan akan berlangsung hingga ruam tersebut benar-benar hilang atau biasanya 3 minggu setelah ruam pertama kali muncul,” tegasnya, Senin (30/9/24).

Baca juga:Kenali Gejala dan Perbedaan Mpox dengan Cacar Air

Ia juga mengimbau agar pasien Mpox tidak memencet atau memecahkan ruam lenting, lantaran bisa menyebar dan malah bertambah parah.

“Lesi (kulit tidak normal) yang muncul di wajah dan daerah ekstremitas (bagian tubuh utama) penting dijaga supaya tidak digaruk atau akan menjadi luka,” tuturnya.

“Selama penyembuhan luka keropeng, pasien bisa melakukan kompres dengan NaCl 0,9% dan menggunakan pelembab,” lanjutnya.

Menurutnya, ada beberapa hal dapat dilakukan para penderita Mpox untuk meningkatkan imun tubuh dan membantu proses penyembuhan lebih cepat.

“Penting untuk meningkatkan imun agar gejala yg diderita lebih minimal dengan istirahat yang cukup, makan tepat waktu dan secukupnya, kalau demam sebaiknya didukung dengan asupan cairan untuk tubuh,”  jelasnya.

Baca juga:Dinkes Pastikan Belum Ada Kasus Mpox di Sumut

Selain mencegah penularan, dr Arridha turut memberitahukan cara penularan penyakit yang dikatakan sebagai darurat kesehatan global menurut World Health Organization (WHO).

Penularan dari hewan ke manusia (zoonotik) dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, lesi kulit atau mukosa dari hewan yang terinfeksi. Penularan juga bisa dari hewan reservoir dari Afrika Barat seperti anjing padang rumput, kelinci, tikus, tupai, dormice, monyet, landak dan rusa.

Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak dekat melalui pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi. Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin (yang dapat menyebabkan cacar monyet bawaan) atau kontak dekat selama dan setelah kelahiran. (berry/hm17)

Related Articles

Latest Articles