Tebing Tinggi, MISTAR.ID
Dana bantuan operasional kesehatan (BOK) di Tebing Tinggi, Sumatera Utara sebesar Rp3 M. Dana BOK tersebut diperuntukkan ke 9 Puskesmas se Kota Tebing Tinggi. Hal ini diungkapkan Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi dr. Henny Sri Hartati kepada Mistar.id diruang kerjanya, Selasa (5/11/24).
Dijelaskannya, Dana BOK mutlak digunakan oleh Puskesmas, dimana Puskesmas adalah sebagai kuasa pengguna anggaran (KPA). Pengajuan dana BOK, Pihak Puskesmas langsung mengajukan ke BPKAD (Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah). Sedangkan terkait penggunaan dana BOK, kapasitas Dinas Kesehatan hanya menerima laporan realisasi penggunaan dari setiap Puskesmas.
“Dana BOK di 9 Puskesmas yang ada di Kota Tebing Tinggi berjumlah Rp3 M per tahun. Pengelolaan dana BOK sudah masing-masing Puskesmas karena kepala Puskesmas sebagai KPA. Dinas kesehatan hanya menerima laporan realisasi pengelolaan dana BOK,” terangnya.
Lanjutnya, untuk angka anak mengalami stunting di Kota Tebing Tinggi mengalami penurunan. Hal ini merupakan pencapaian terbaik diraih oleh kota Tebing Tinggi.
Baca juga: Saat Tinjau Pelipatan Surat Suara Pilkada, Wakapolres Tebing Tinggi Sampaikan Arahan
Di Oktober, jumlah anak stunting di kota Tebing Tinggi berjumlah 146 anak atau 10% dari jumlah anak di Kota Tebing Tinggi. Dimana pada tahun 2023 stunting mencapai 16,9%, di tahun 2024 mengalami penurunan dengan jumlah 10,9%.
Penurunan stunting ini tidak terlepas dari kerja tim yang selalu memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Intervensi kepada orang tua dan memberikan tablet tambah darah kepada anak remaja putri.
“Jumlah anak stunting di bulan ini 146 atau 10℅ dari jumlah anak di Kota Tebing Tinggi. Pada tahun 2023 16,9% sedangkan tahun 2024 menurun 10,9%. Kami selalu melakukan pencegahan stunting dengan cara rutin memberikan PMT, Intervensi kepada orang tua, dan memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri,” terangnya.
Meski demikian, Pihak Dinkes Tebing Tinggi mengaku masih ada mengalami kendala pada pendistribusian PMT yang dilakukan oleh kader.
“Kendala terutama untuk pendistribusian PMT, itu memberdayakan kader. Makanan yang memasak adalah kader kemudian didistribusikan ke masing anak stunting. Terkadang ini bisa mengalami keterlambatan,” tandasnya. (damanik/hm25)