17.5 C
New York
Wednesday, October 2, 2024

Kasus Guru MAN di Gorontalo Picu Keprihatinan, Dugaan Child Grooming dan Relasi Kuasa

Gorontalo, MISTAR.ID

Kasus mengejutkan yang melibatkan dugaan tindakan asusila seorang guru terhadap siswi kelas XII di sebuah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Gorontalo memicu gelombang kecaman publik.

Video yang menunjukkan perbuatan tersebut tersebar luas di media sosial pada September 2024, memicu keprihatinan dan kemarahan dari berbagai pihak. Guru yang terlibat telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak berwajib, sementara korban telah dipindahkan ke sekolah lain untuk menjaga kesejahteraan emosionalnya.

Namun, beberapa laporan berita menggunakan istilah “hubungan asmara” untuk menggambarkan keterlibatan antara guru dan siswi, yang justru menimbulkan kontroversi.

Dilansir dari Detik, Guru Besar Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesejahteraan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Maila Dinia Husni Rahiem menilai narasi ini dianggap berbahaya karena seolah menggambarkan hubungan tersebut sebagai konsensual antara dua pihak yang setara.

Baca juga: Siswa Meninggal Usai Dihukum Squat Jump, FSGI Desak Pelatihan Pengendalian Emosi bagi Guru

Padahal kenyataannya terdapat relasi kuasa yang tidak seimbang antara seorang guru dan siswanya, terutama dalam konteks siswa yang masih di bawah umur.

Ketimpangan Kuasa dan Child Grooming

Apa yang digambarkan sebagai “hubungan asmara” ini sebenarnya adalah bentuk child grooming, di mana pelaku yang memiliki kekuasaan menggunakan posisi otoritasnya untuk memanipulasi dan mengeksploitasi korban.

Dalam kasus ini, guru tersebut memanfaatkan kondisi emosional korban yang tidak memiliki orang tua dan membangun hubungan yang menyerupai ikatan ayah-anak untuk menciptakan ketergantungan emosional.

Beberapa komentar di media sosial memperburuk situasi dengan menyalahkan korban. Sebagian berpendapat bahwa sebagai Ketua OSIS, korban seharusnya lebih mampu menolak.

Baca juga: UIPM Tegaskan Legalitas Gelar Honoris Causa untuk Raffi Ahmad

Komentar-komentar ini mencerminkan kurangnya pemahaman tentang child grooming dan dinamika ketimpangan kuasa, yang membuat korban rentan terhadap manipulasi emosional.

Related Articles

Latest Articles