Program makan bergizi gratis (MBG) di wilayah Sumatera Utara (Sumut) telah mulai uji coba sejak Desember 2024 lalu di sejumlah sekolah.
Salah satu katering penyedia makanan pada program ini adalah Lenggahara, milik Fatimah Syam Nasution (60), yang beralamat di Jalan Antariksa, Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia.
Fatimah mengatakan, katering Lenggahara menyediakan 849 paket ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 6 Medan dan 790 paket ke SMKN 41 Pantai Labu.
Menu yang disediakan, kata Fatimah bervariasi. Dengan menu nasi, lauk pauk, sayur, buah atau puding dan air mineral.
“Dalam satu minggu itu bisa ayam 3 kali. Senin ayam, Selasa ikan fillet, Rabu daging, Kamis telur sama tahu atau tempe. Jumat dan Sabtu ayam lagi,” katanya kepada mistar.id, pada Selasa (7/1/25).
Baca juga: Setiap Dapur MBG Dilengkapi Satu Ahli Gizi
“Untuk sayurnya ada tumis, capcay. Dan kita dapat info, sekarang ada menu tambahan sayur, kangkung di hari Sabtu nanti dan daun ubi gulai di Jumat,” sambungnya.
Fatimah menyebutkan, dengan harga Rp10.000, pihaknya masih bisa mendapatkan keuntungan.
“Karena ini kan pakai kotak bento. Kalau nasi kotak pasti lebih mahal dia. Hitung kasar misal ayam itu Rp3.000 sepotong, bumbunya, kotak bentonya sekitar Rp2.000-an, dan buahnya,” ungkapnya.
Dengan 10 anggota, Fatimah dan tim mulai bekerja mempersiapkan bahan-bahan sejak pukul 17.00 WIB hingga 20.00 WIB. Dan kembali lagi untuk memasak pada pukul 01.00 WIB hingga 09.00 WIB.
“Kalau dulu, kita lebih terburu-buru lagi. Harus sudah siap sebelum jam tujuh pagi karena harus sudah sampai jam sembilan di sekolah. Sekarang, lebih luang waktunya. Karena pengiriman serentak di jam sembilan dan tiba di jam sebelas,” ujarnya.
Sejauh ini, Fatimah mengaku tidak menemukan kendala besar selain mencari bahan yang lebih murah dengan kualitas yang baik.
“Kalau sebelumnya waktu ayam sempat di Rp40.000, kita buat jadi 12 potong dari yang sebelumnya 10 potong. Sekarang sudah Rp38.000, balik jadi 10 potong,” ucapnya.
Baca juga: Program MBG Akan Diluncurkan, Dinkes Sumut: Belum Ada Pemberitahuan
Ahli gizi, kata Fatimah, juga selalu memantau sejak awal untuk mengecek air dan juga kondisi dapur. Dan kini tetap melakukan pantauan melalui WhatsApp Grup (WAG).
Fatimah juga berharap, setelah uji coba, sekolah-sekolah lain juga dapat merasakan program MBG yang sama agar lebih merata.
Sementara itu, Halimah (40), salah seorang tim masak Lenggahara Katering, mengaku merasa senang karena dapat membantu suami untuk menambah penghasilan.
“Karena kami tim masak di sini, adalah ibu rumah tangga yang ada di sekitar daerah ini. Sebagai ibu, saya juga senang karena ini akan membantu anak-anak mendapatkan makanan sehat di sekolah. Tapi memang sekolah anakku belum dapat,” ujarnya sembari tertawa.
Ibu tiga anak ini berharap agar program MBG dapat diperluas agar seluruh anak Indonesia dapat merasakannya.
“Dan juga banyak ibu-ibu rumah tangga terbantu, memiliki pemasukan dan anak-anaknya juga bisa mendapatkan makanan, mengurangi jajan,” tutupnya. (susan/hm27)