16.7 C
New York
Sunday, October 27, 2024

Menuju Swasembada Pangan, Petani Perlu Penerapan Teknologi

Medan, MISTAR.ID

Swasembada pangan sudah menjadi salah satu tujuan dari pemerintah Indonesia sejak dulu. Namun, realisasinya memang cukup berat di mana perkembangan penduduk yang begitu pesat membuat lahan semakin sempit. Hal ini disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Dosroha, Franson Luhut Sinaga.

Franson mengibaratkan setiap tahunnya pasti ada lahan pertanian yang berubah menjadi lahan bangunan.

“Jadi kiranya teknik teknologi lah yang kita terapkan untuk menuju ke swasembada pangan. Karena dengan adanya teknologi pertanian mungkin sudah bisa merangsang, memicu untuk peningkatan daripada hasil pertanian, di mana lahan itu bisa dimaksimalkan semaksimal mungkin,” katanya saat ditemui Mistar.id di Desa Pagar Jati, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (22/10/24).

Baca juga:Presiden Prabowo Canangkan Swasembada Pangan, ini Harapan Petani

Lanjutnya, jika dua musim tanam bisa bertambah menjadi tiga musim tanam dalam satu tahun, bisa menjadi salah satu peluang tercapainya swasembada pangan.

Selain itu, Franson mengatakan perlunya mengetahui cara pengolahan tanah yang baik mulai dari pemilihan bibit atau benih juga dapat diterapkan pada pola tanam yang akan datang.

“Kita juga berharap, agar penyuluh pertanian lapangan (PPL) diberikan setiap satu desa dari pemerintah untuk dapat mengatasi kelemahan-kelemahan daripada petani supaya mereka bisa mendobrak petani kita untuk lebih maju,” ucapnya.

Baca juga:Mentan Sebut Indonesia Swasembada Pangan Tiga Tahun ke Depan

Dalam kepemimpinan presiden baru ini, Franson juga menaruh harapan untuk terwujudnya swasembada pangan ke depannya dan dapat diterapkan langsung kepada golongan bawah.

Terlebih, para petani dapat dikatakan sebagai petani tradisional. Di mana seharusnya petani lebih tanggap dan dapat mengendalikan persoalan-persoalan di lapangan.

“Tidak lagi mengikuti cara ‘bapakku dulu begini pola tanamannya’, misalnya cara tanam tugal. Jadi sekarang kalau bisa ya tanam seri satu-satu. Makanya kita berharap PPL itu yang lebih getol, diberikan fasilitasnya untuk semakin giat,” tuturnya.

Penerapan teknologi juga, kata Franson sudah ada pada para penyuluh yang dibekali pemerintah supaya bisa lebih diterapkan kepada masyarakat.

Baca juga:Capai Swasembada Pangan, Pendekatan Tradisional ke Metode Modern Dibutuhkan Indonesia

“Jadi seperti saya bilang ya semacam teknologi karena banyak masih tradisi kalau tanam satu-satu dalam segi hal benih pun yang biasanya 2 kilo mungkin 0,8 kilo bisa. Berarti jadi sudah mengurangi biaya. Nah kira-kira begitulah teknologinya gitu,” terangnya.

“Kita pun berharap para petani diperhatikan, karena seperti musim yang lewat ini, hasil panen ada tapi dengan iklim yang tidak mendukung, banyak padi yang tumbang sebelum panen membuat para petani terbengkalai dan menambah pengeluaran,” sambungnya lagi.

Memberikan perhatian akan apa yang menjadi keperluan para petani mulai dari pemupukan dan menunjang pemasaran dari hasil panen juga diperkirakan mendongkrak swasembada pangan dapat terwujud.

Baca juga:Capai Swasembada Pangan, Pendekatan Tradisional ke Metode Modern Dibutuhkan Indonesia

Harapan yang sama juga diutarakan Anggota Kelompok Tani Dosroha, Sabar Purba dan Mujiono.

“Mudah-mudahan ke depannya, para petani semakin lancar. Lancar mendapatkan pupuk. Beberapa kilo untuk beberapa saat memang kita sudah dapat, cuman untuk berikutnya kalau boleh ya lebih mudah, lebih banyak lagi lah dapatnya gitu,” ujar Sabar sambil tertawa kecil.

“Dan mudah-mudahan supaya terlaksana lah ucapannya bapak presiden kita yang baru ini, kita lihat lah nanti bagaimana ke depannya,” timpal Mujiono. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles