14.4 C
New York
Saturday, October 19, 2024

Pendidikan Literasi Finansial Kini Masuk Kurikulum Merdeka

Jakarta, MISTAR.ID

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi memasukkan literasi finansial ke dalam Kurikulum Merdeka.

Pendidikan ini akan diintegrasikan ke dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler guna membekali siswa dengan keterampilan mengelola keuangan secara bijak.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo, menegaskan bahwa pendidikan literasi finansial sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda agar lebih cakap dalam memahami dan mengelola keuangan pribadi.

Hal ini juga menjadi salah satu upaya untuk mencegah dampak negatif ekonomi digital, termasuk fenomena judi online yang marak di kalangan anak dan remaja.

Baca juga: BRIN Manfaatkan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Prediksi Aktivitas Matahari

Berdasarkan data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), terdapat sekitar 80.000 anak di bawah usia 10 tahun (2%) yang terlibat dalam judi online. Sebagian besar dari mereka mengira bahwa aktivitas tersebut hanyalah bentuk permainan daring.

Sementara itu, sebanyak 400.000 pemain judi online (8%) merupakan anak muda berusia 10-20 tahun.

“Masalah ini menunjukkan bahwa literasi finansial dan digital dari orang tua serta guru memegang peranan penting dalam mengatasi dan mencegah keterlibatan anak-anak dalam aktivitas perjudian online,” kata Anindito, dikutip dari kanal YouTube Kemdikbud RI, seperti dikutip dari Detik.

Selain itu, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa kredit macet atau gagal bayar pinjaman banyak terjadi di kalangan usia muda, terutama kelompok umur 19-34 tahun.

Baca juga: Samsung Galaxy Tab S10 Ultra: Tablet Inovatif untuk Profesional Muda

Dalam survei OJK tahun 2022, diketahui tingkat literasi finansial di Indonesia masih berada di bawah 50 persen, meskipun tingkat inklusi finansial telah mencapai 85 persen.

“Peningkatan literasi finansial ini bukan hanya tanggung jawab siswa, tetapi juga kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas. Jika tidak diantisipasi, rendahnya literasi finansial dapat menjerumuskan generasi muda pada masalah ekonomi, seperti utang yang tidak terkelola dan ketergantungan pada pinjaman online,” tambah Anindito.

Dengan integrasi literasi finansial dalam kurikulum, diharapkan siswa tidak hanya memiliki kemampuan mengelola uang secara bijak, tetapi juga memahami risiko keuangan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk jebakan pinjaman online dan perjudian digital.

Pemerintah melalui Kurikulum Merdeka berkomitmen untuk terus mengembangkan pendidikan yang relevan dan adaptif dengan perkembangan zaman, guna mencetak generasi penerus bangsa yang lebih cerdas dan bijak dalam menghadapi tantangan ekonomi masa depan. (dtc/hm25)

Related Articles

Latest Articles