Beirut, MISTAR.ID
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan dampak serius terhadap sektor kesehatan di Lebanon akibat serangan militer Israel dalam konflik yang terus meningkat dengan kelompok Hizbullah.
Sejak ketegangan dimulai pada 17 September 2024, sebanyak 72 tenaga kesehatan dan pasien dilaporkan meninggal, dengan 43 orang lainnya terluka dalam 23 serangan terhadap fasilitas kesehatan yang diverifikasi WHO.
Krisis ini semakin parah dengan penutupan lebih dari 100 dari 207 pusat kesehatan primer dan apotek di daerah terdampak, memperburuk akses masyarakat ke layanan medis penting.
Dikutip dari Sputnik yang dilansir Antara, stok medis di rumah sakit semakin menipis, dan tenaga medis menghadapi tekanan besar karena kondisi kerja yang ekstrem serta ketidakamanan.
Baca juga: Pasukan Perdamaian PBB Tak Mau Angkat Kaki dari Lebanon
Pada 1 Oktober, Israel meluncurkan serangan darat di Lebanon selatan sebagai bagian dari operasi militer yang bertujuan mengamankan pemulangan 60.000 warganya yang mengungsi akibat konflik di perbatasan utara.
Hizbullah merespons dengan serangan roket lintas perbatasan, yang memperburuk situasi keamanan.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa jumlah korban tewas dari serangan Israel telah mencapai lebih dari 2.300 orang, mencerminkan meningkatnya skala kekerasan dan korban jiwa dalam konflik ini.
Baca juga: Israel Kembali Serang Pangkalan UNIFIL di Lebanon, Simak Kronologinya
WHO juga menyampaikan kekhawatiran bahwa pembatasan penerbangan telah menghambat pengiriman bantuan medis darurat yang sangat dibutuhkan.
Konflik ini memicu krisis kemanusiaan yang semakin meluas, dengan layanan kesehatan yang lumpuh dan kebutuhan mendesak akan perlindungan bagi tenaga medis.
WHO dan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya menyerukan penghormatan terhadap hukum internasional dan perlindungan bagi fasilitas kesehatan di wilayah konflik tersebut. (ant/hm25)
