8 C
New York
Tuesday, October 15, 2024

Saluran Irigasi Rusak, 100 Hektar Sawah di Simalungun Terancam

Simalungun, MISTAR.ID

Kerusakan saluran irigasi di sejumlah wilayah pertanian di Simalungun semakin memprihatinkan. Di Kecamatan Panei, sekitar 100 hektar lahan sawah terancam berubah fungsi karena terganggunya distribusi air ke lahan pertanian. Kondisi ini membuat para petani yang sebelumnya mengandalkan sawah untuk menanam padi, terpaksa beralih menanam komoditas lain seperti jagung.

Masalah irigasi ini sudah berlangsung lama dan belum mendapat penanganan maksimal. Kerusakan semakin parah akibat bencana tanah longsor yang disebabkan oleh cuaca ekstrem belakangan ini, memperburuk kondisi saluran air yang menuju lahan pertanian warga.

Di Nagori Tiga Bolon, kerusakan irigasi memaksa para petani sawah beralih ke darat. Pemerintah setempat juga menyampaikan bahwa pihaknya sudah berkali-kali melaporkan hal itu kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun. Namun upaya perbaikan yang diharapkan tak kunjung terlaksana.

Baca juga:Kerusakan Irigasi Pertanian Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Tagih Janji Bupati Simalungun

“Kalau jumlah warga (Nagori Tiga Bolon) yang terdampak kurang tau pasti. Tapi ada sekitar 100 hektar lahan yang terdampak. Letaknya di Kecamatan Panei. Yang daerah Kecamatan Sidamanik lain lagi, tapi lebih luas di Panei. Ada juga lahan warga kita di Sidamanik,” ujar Pangulu Tiga Bolon, Marisno Sitio, Senin (14/10/2024).

Menurut Marisno, kerusakan ini sudah terjadi selama bertahun-tahun. Dalam tiga tahun terakhir, sekitar 40 hektar sawah di wilayah tersebut telah dikonversi menjadi lahan kering karena rusaknya saluran irigasi yang mengakibatkan para petani kekurangan pasokan air untuk menanam padi. Jumlah tersebut terus meningkat seiring dengan lambatnya penanganan.

“Banyak warga yang mengeluh karena hasil panen tidak sebanding dengan upaya yang mereka keluarkan. Laporan sudah sering kami sampaikan ke pemerintah, tapi responsnya masih sangat minim,” tambahnya.

Pun begitu, di tengah keterbatasan, masyarakat Tiga Bolon tetap berupaya. Marisno bersama warga bergotong royong memperbaiki salah satu titik saluran irigasi yang rusak dengan menggunakan alat berat.

“Kami perbaiki semampunya dengan alat berat, bergotong royong dengan masyarakat. Kalau dari dinas kurang pemeliharaan, apalagi sejak pegawai honor berhenti,” ungkapnya.

Baca juga:Kerusakan Irigasi di Hutabayu Raja Diperbaiki, Proses Permanen Menunggu Kebijakan Dinas Pertanian Provinsi

Marlan, salah satu petani yang lahannya terdampak, menyampaikan keluhan tentang sulitnya menanam padi sejak kerusakan irigasi terjadi. “Dulu kami bisa panen padi dua kali setahun, tapi sekarang air nggak sampai ke sawah kami. Jadi, kami terpaksa ganti tanam jagung. Hasilnya tentu beda, kalau padi bisa disimpan untuk dikonsumsi, jagung tak bisa,” katanya.

Keluhan serupa disampaikan Sarmila, petani lainnya. Dia bercerita bagaimana perubahan pola tanam ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. “Kami sudah lapor, tapi sampai sekarang belum ada tindakan. Kami berharap pemerintah cepat turun tangan memperbaiki irigasi ini,” ujarnya.

Meski sudah ada usaha perbaikan mandiri, Marisno menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengatasi masalah ini. “Kami sangat berharap agar pemerintah segera turun tangan untuk melakukan perbaikan secara menyeluruh. Tanpa aliran irigasi yang baik, petani harus mengubah jenis tanaman, dan ini mempengaruhi program ketahanan pangan yang dicanangkan pemerintah pusat,” sebut Marisno.

Pengalihan lahan sawah menjadi lahan darat bukanlah pilihan yang diinginkan para petani. Namun, dengan terbatasnya akses air akibat irigasi yang rusak, mereka tak punya banyak pilihan. Tanaman jagung kini menggantikan padi di banyak lahan yang sebelumnya subur. “Aktivitas pertanian tetap berjalan, tapi ya seperti itulah, padi dikonversi ke jagung, petani tak ada pilihan,” ujarnya dengan nada pasrah.

Kondisi ini mencerminkan realitas yang dihadapi oleh para petani di banyak wilayah Simalungun. Perawatan infrastruktur pertanian yang minim, ditambah dengan tantangan cuaca ekstrem, membuat sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi warga semakin rentan. Para petani berharap perhatian lebih dari pihak terkait agar sektor pertanian di wilayah mereka tetap bertahan dan berkembang.(indra/hm17)

Related Articles

Latest Articles