23.8 C
New York
Friday, September 13, 2024

Penemuan Virus WLV di China dan Tanda-Tanda Gejalanya

Jakarta, MISTAR.ID

Baru-baru ini para peneliti digemparkan dengan Wetland Virus (WLV) yang awalnya didapati di China. Virus itu bisa membuat masalah otak dengan gigitan kutu.

Awalnya WELV diketahui terdeteksi pada seorang pria berumur 61 yang diinformasikan digigit kutu. Tempatnya berlokasi pada sebuah taman di lahan basah yang luas di China utara.

“Pasien yang belum diketahui jati dirinya mengalami demam, sakit kepala, dan muntah-muntah selama 5 hari usai kunjungannya di taman,” sebut laporan Live Science yang dilansir pada New York Post, pada Kamis (12/9/24).

Ilmuwan pun dibuat penasaran dengan temuan itu, lalu mengumpulkan nyaris 14.600 kutu di sejumlah daerah China bagian utara. Itu termasuk di wilayah mana pertama kali pasien digigit.

Baca juga:Bandara Bali Pasang 3 Thermal Scanner untuk Deteksi Awal Virus Mpox

Hasilnya ditemukan jika sekitar 2 persen dari kutu-kutu itu mempunyai materi genetik WELV. Haemaphysalis concinna, spesies kutu tikus yang sebagian besar didapati di Cina, Rusia, dan Eropa Tengah, paling sering dinyatakan positif.

Riset lanjutan juga dilakukan terhadap ratusan pasien demam dampak gigitan kutu dalam waktu satu bulan terakhir. Hasilnya, ada 20 orang pasien dinyatakan positif virus WELV.

Selain itu, hasil pemeriksaan mendeteksi tanda-tanda kerusakan jaringan sampai pembekuan darah pada banyak pasien. Salah seorang pasien WELV bahkan sempat koma, sebab memiliki konsentrasi sel darah putih yang tinggi dalam otak dan cairan sumsum tulang belakangnya.

Eksperimen laboratorium pada tikus menunjukkan WELV bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya dan beresiko mempengaruhi sistem saraf. Walaupun infeksi WELV dapat bersifat ringan dalam sejumlah kasus, ini tetap berpotensi membuat masalah serius pada otak.

Baca juga:Virus Zika Berpotensi Jadi Pandemi

Ada beberapa gejala yang bisa menandakan seseorang terjangkit virus itu, yakni demam, pusing, sakit kepala, malaise atau tidak enak badan, nyeri punggung, muntah dan diare.

Pendapat Epidemiolog Dicky Budiman, belum bisa dipastikan apakah virus itu dapat berpotensi masuk ke Indonesia atau tidak. Hanya masyarakat perlu waspada dan butuhnya diagnosis cepat untuk menekan penyebarannya.

“Walaupun belum ada laporan kasus WELV di Indonesia, kita harus hati-hati, sebab pergerakan hewan atau manusia yang terinfeksi dari negara lain bisa membawa vektor atau virus itu,” kata Dicky.

Untuk pencegahan, Dicky mengusulkan agar menghindari wilayah yang rawan kutu, khususnya daerah rawa atau area dengan populasi hewan sebagai inang kutu. Selain itu, memakai pakaian pelindung dan insektisida saat berada di daerah yang endemik kutu. (mdcm/lptn6/hm16)

Related Articles

Latest Articles