16.3 C
New York
Wednesday, September 11, 2024

Siantar Hotel Berdarah, Yondik: Gen-Z Bisa Belajar Sejarah Lewat Film

Medan, MISTAR.ID

Peristiwa Siantar Hotel Berdarah (SHB) terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Di sana terjadi pertempuran antara barisan pemuda dan laskar rakyat dengan Belanda dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Saat itu, Siantar Hotel dijadikan markas tentara Jepang dan Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL) bentukan Belanda.

Hotel yang berada di Jalan WR Supratman di pusat Kota Pematangsiantar ini menjadi jejak sejarah penting bagi perjuangan kemerdekaan di daerah tersebut.

Baca juga:Saksikan ‘Siantar Hotel Berdarah’ di Oktober 2024

Berangkat dari hal itu, peristiwa sejarah ini ditulis menjadi sebuah buku dengan judul Siantar Hotel Berdarah (SHB) oleh Kusma Erizal Ginting, hingga kemudian difilmkan dengan judul yang sama. Tim RKI docs dipercaya untuk menggarapnya.

Narator sekaligus aktor SHB, Yondik Tanto mengatakan, film ini sebenarnya sebuah nilai di mana edukasi menjadi tanaman bagi generasi kini untuk menanamkan ideologi.

“Di film ini saya sebagai narator sekaligus aktor. Narator biasanya hanya sebagai penyampai. Tapi di film ini berbeda sebab narator itu sebuah penyamaran. Dengan penyamaran, semua bisa disampaikan,” ujarnya saat ditemui di Taman Budaya Medan, pada Rabu (11/9/24).

Yondik menjelaskan bahwa di film ini ada beberapa tokoh Jepang, Belanda, dan lainnya. Narator sendiri terlibat bermain di dalam dan membawa teks-teks sejarah.

Baca juga:‘Hotel Siantar Berdarah’, Jalan Kartini Bawah Ditutup Sementara

“Dia (narator) bisa menjadi seorang Tionghoa, tentara Jepang, Belanda, rakyat biasa, dan juga pejuang,” jelasnya.

Menurutnya, narator yang ia perankan di film ini bersifat lekat dengan teks sejarahnya. Dari mulai awal sampai akhir ketika terjadi penembakan terhadap seorang pejuang, seorang pahlawan di Kota Pematangsiantar.

“Jadi semua tokoh yang ada di situ diperankan. Untuk membawa teks sejarah itu dibutuhkan narator. Narator yang konteksnya dalam sebuah film ini bukan hanya sebagai penyampai, tapi justru menjadi peristiwa itu sendiri. Di situ yang saya pikir film ini agak sedikit unik dan menarik,” ungkap Yondik.

Selanjutnya aktor kawakan Kota Medan ini berharap, agar orang-orang melihat sejarah tidak hanya sekadar memahami bacaan, tetapi paling tidak bisa menumbuhkembangkan kembali sejarah, bahwa peristiwa itu memang ada dan pernah terjadi.

Baca juga:Kreativitas dan Inovasi Generasi Muda dalam Kompetisi Film KIP Kuliah/Bidikmisi Awards Diapresiasi

“Harapan kita pada para generasi baik yang akan menonton film ataupun tidak, walaupun sibuk dengan ‘dunia dalam genggaman’, Gen-Z ini harus juga belajar tentang sejarah kepahlawanan, sejarah Indonesia. Tentang apa saja yang memang merupakan pemicu bagi kita untuk maju ke masa depan,” pungkasnya. (maulana/hm16)

Related Articles

Latest Articles