23.7 C
New York
Wednesday, August 28, 2024

Fasilitator Sekolah Penggerak Dorong Transformasi Pendidikan di Indonesia

Medan, MISTAR.ID

Fasilitator Sekolah Penggerak merupakan salah satu program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memajukan pendidikan Indonesia.

Fasilitator berperan sebagai pendamping dan pendukung kepala sekolah, guru/pendidik, dan pengawas sekolah/penilik.

Jholant Bringg Luck Amelia Sinaga, salah seorang fasilitator sekolah penggerak (FSP) pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) mengaku memilih menjadi FSP karena banyaknya kegiatan kampus yang terhenti akibat pandemi Covid-19.

Baca juga:Fasilitator Sekolah Penggerak Harap Program Merdeka Belajar Tidak Segera Diganti

“Cerita-cerita sama kawan, bisa nih kita ikut melatih sekolah gitu,” katanya saat ditemui di salah satu kafe, di Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Rabu (28/8/24).

Jholant kemudian mencoba melamar dengan beberapa temannya dari Unpri (Universitas Prima Indonesia).

“Tapi memang hanya aku yang lolos. Motivasinya memang mau coba pengalaman di dunia pendidikan di luar kampus,” imbuhnya.

Ia kemudian menjalani sebagai FSP selama 3 tahun. Dosen Akuntansi Unpri ini mengatakan, kontrak FSP berjalan selama 3 tahun, namun tergantung pada kinerja masing-masing fasilitator.

Baca juga:Pencanangan Sekolah Penggerak di Siantar Masih Baru Dibahas

“Ada juga beberapa teman-teman yang diberhentikan oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) karena memang kinerjanya mungkin dianggap tidak bagus,” lanjutnya.

Ibu dua anak ini menyebutkan bahwa awalnya ia ditempatkan di Sekolah Dasar (SD) di Tapanuli Selatan (Tapsel) hingga akhirnya di 5 SMA yang berada di Medan dan Dairi.

“Setiap fasilitator itu berbeda penempatannya tergantung berapa jumlah sekolah penggerak. Kalau SMA kan sekolah penggeraknya belum banyak. Kalau SD banyak, bisa sampai 7 sekolah,” sebutnya.

Sebagai FSP, Jholant menyebutkan, bahwa mereka diberi kebebasan dengan minimal sekolah yang dapat dikunjungi langsung dan sisanya boleh melalui aplikasi meeting online.

“Puji Tuhan, dapat kepala sekolah (kepsek) yang memang mau bekerja sama. Ini kan saya dapat daerah baru di Dairi. Biasanya itu permasalahan di waktu kepseknya. Kepsek kan banyak kegiatan, jadi terkendala di waktu,” tuturnya.

“Satu lagi yang mungkin saya rasa butuh waktu itu ya mindset para guru. Ada beberapa guru ini kurang mau berubah, biasalah kan kadang kalau dikasih perubahan agak kaget gitu,” sambungnya lagi. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles