23.4 C
New York
Tuesday, July 30, 2024

Potensi Sayur Segar Saribudolok, dari Lahan Subur ke Pasar Nias, Batam dan Riau

Simalungun, MISTAR.ID

Sebuah nagori (desa) di Kabupaten Simalungun, Saribudolok dikenal dengan tanah vulkaniknya yang kaya akan nutrisi, memberikan keuntungan bagi para petani untuk menanam berbagai jenis sayuran seperti kentang, wortel, kubis, dan berbagai sayuran hijau lainnya.

Saribudolok menjadi salah satu sentra produksi sayuran berkualitas yang kini menjangkau hingga Nias, Batam, dan Riau.

Untuk mencapai lokasi disebut, sayuran dari Saribudolok melewati jaringan distribusi yang efisien. Pengiriman ini biasanya melibatkan beberapa tahap, termasuk transportasi darat dari Saribudolok ke pelabuhan, lalu dilanjutkan dengan transportasi laut.

Baca juga:Stok Melimpah Penyebab Harga Sayur Mayur di Siantar Turun

Sopir pengiriman sayuran dari Saribudolok memainkan peran penting dalam memastikan produk tiba di tempat tujuan dalam kondisi segar. “Perjalanan bisa sangat menantang, terutama saat musim hujan. Jalanan licin dan berbahaya,” kata Andi Damanik, kepada mistar.id beberapa waktu lalu.

“Selain itu, waktu sangat penting. Kami harus memastikan sayuran sampai dalam waktu yang cepat, agar kualitasnya tetap terjaga. Ada kepuasan tersendiri setiap kali mengantar sayuran tepat waktu,” ujarnya lagi.

Permintaan pasar untuk sayuran segar terus meningkat, terutama di daerah yang tidak memiliki lahan pertanian subur. Meskipun memiliki potensi besar, pengiriman sayuran dari Saribudolok, Kecamatan Silimakuta juga menghadapi beberapa tantangan. Faktor cuaca, biaya transportasi, dan keterbatasan infrastruktur merupakan hambatan yang sering dihadapi.

“Dalam seminggu, bisa 2 kali berangkat ke Nias. Biasanya muatan dicampur, misalnya kol 500 kg, wortel 300 kg, sisanya kentang atau jeruk,” ucap Andi.

Baca juga:Harga Sayur Mayur di Tanah Jawa Kompak Turun, Cabai dan Bawang Fluktuatif

Kata Andi, dirinya hanya bertugas mendistribusikan sayur ke wilayah Nias. “Kalau Batam sama Riau, ada juga kawan kita yang lain. Satu toke juga,” ujarnya.

Pak Putri, sapaan akrabnya, seorang toke (pimpinan distribusi) sayur yang bermukim di Kecamatan Panei, menceritakan pengalamannya 10 tahun lebih bergelut di sektor pengiriman sayuran dari Saribudolok ke luar daerah.

“Awalnya karena menghadiri pesta keluarga di Saribudolok. Saat itu saya melihat sayuran segar yang dihasilkan petani di sana. Kualitasnya sangat baik,” ujar pria bermarga Purba ini.

Setelah melihat potensi besar dari sayuran, ayah 3 anak ini nekad untuk melakukan pengiriman pertamanya ke wilayah Nias. “Waktu pertama masih nyewa Mitsubishi L300, modal nekad saja. Pengiriman pertama lancar, tetap ada juga ombak (rintangan) yang menghadang. Yang paling dibutuhkan kecepatan, sayuran segar menjadi nilai jual utama kami,” ujarnya saat ditemui mistar.id di salah satu warung kopi tak jauh dari kediamannya, pada Selasa (30/7/24).

Baca juga:Sehari Jelang Idul Adha, Harga Sayur Mayur di Medan Naik

Tantangan terbesar dalam pengiriman ialah ketergantung cuaca dan infrastruktur jalan. Ketika hujan deras atau jalan rusak, pengiriman bisa terhambat. Dia bilang, hal itu berakibat pada penurunan kualitas sayuran yang sampai ke konsumen, serta kerugian finansial baginya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi sayur kol di Kecamatan Silimahuta menurun 3 tahun belakangan ini. Tahun 2021 tercatat produksi kol dari sebanyak 12.759 ton, kemudian tahun selanjutnya turun menjadi 8.318 ton dan tahun lalu tercatat hanya 4.845 ton.

Related Articles

Latest Articles