26.9 C
New York
Tuesday, July 16, 2024

Kebanyakan Pria, Jumlah Kasus Bunuh Diri di Malaysia Meningkat

Kuala Lumpur, MISTAR.ID

Selama beberapa tahun terakhir diinformasikan jumlah kasus bunuh diri di Malaysia meningkat.

Data otoritas Negeri Jiran itu menyatakan, angka bunuh diri tergolong tetap tinggi, dengan sedikitnya 4.440 perkara tercatat dalam kurun 5 tahun terakhir.

Dirangkum dari The Star, pada Selasa (9/7/24), Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi membeberkan jumlah kasus bunuh diri mengalami lonjakan, khususnya selama 3 tahun terakhir dengan lebih dari atau hampir 1.000 perkara setiap tahunnya.

Baca juga:2 Wanita Pelaku Bom Bunuh Diri Tewaskan 18 Warga Nigeria

Ahmad Zahid menuturkan, angka kasus bunuh diri tahun 2019 hingga 609 kasus dan tahun 2020 ada 621 kasus. Tahun 2021 mencapai 1.142 kasus, tahun 2022 ada 981 kasus, dan tahun 2023 tercatat 1.087 kasus.

Dia menuturkan, kebanyakan kasus bunuh diri itu diperbuat oleh pria dengan jumlahnya hingga 3.600 kasus. Sedangkan di kalangan wanita mencapai lebih dari 780 kasus.

Yang membimbangkan, Ahmad Zahid menekankan, jika etnis Tionghoa terus mempunyai angka bunuh diri tertinggi setiap tahunnya dibandingkan komunitas lainnya di Malaysia mulai tahun 2019.

Warga non Malaysia berada di peringkat kedua tertinggi. Sementara warga komunitas India dan Melayu sama-sama mempunyai angka bunuh diri tertinggi ketiga serta keempat setiap tahunnya.

Baca juga:Bom Bunuh Diri di Kandahar Tewaskan 3 Orang

”Tak dapat dipungkiri jika negara ini saat ini tengah mengalami perubahan sosial dan ekonomi yang drastis dampak menguatnya sejumlah tren baru. Seperti perubahan demografi, urbanisasi, inovasi digital, kesenjangan ekonomi, perubahan kekuatan ekonomi global, dan hiper konektivitas global,” papar Ahmad Zahid.

Dirinya juga mengungkapkan, jika Saluran Krisis Kesehatan Mental Nasional atau HEAL Line 15555 (Help with Empathy and Love) sudah menerima lebih dari 48.900 panggilan sejak Oktober 2022 sampai Juni 2024.

Disebutkan, dari panggilan-panggilan telepon itu, lebih dari 28.870 orang mendapat dukungan emosional yang begitu diperlukan. Selain itu, lebih dari 20.030 orang lainnya menerima intervensi khusus meliputi pengajaran psikoedukasi, kemampuan mengatasi permasalahan positif, hingga terapi tindakan kognitif. (dtk/hm16)

Related Articles

Latest Articles