33.4 C
New York
Tuesday, July 16, 2024

Polemik Kratom, Tanaman Rimba Berjenis Narkotika

Jakarta, MISTAR.ID

Pohon kratom menjadi polemik di negeri ini sejak ditemukannya zat dalam kandungan daunnya mengandung senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyuarakan rencana untuk memasukkan kratom ke dalam narkotika golongan 1 layaknya ganja. Sementara selama ini menjadi tradisi bagi masyarakat untuk mengkonsumsinya bahkan berkembang dan dibudidayakan karena banyak peminat hingga menjadi mata pencaharian.

Pohon kratom tumbuh liar di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Aceh, Riau, Papua, dan terutama di rimba Kalimantan.

Kratom ini paling banyak tersebar tumbuh liar di hutan-hutan Kalimantan Barat, seperti Kabupaten Kapuas Hulu, Melawi, Ketapang, Sekadau, Sintang, Mempawah, Kubu Raya, hingga Sanggau. Pohonnya besar-besar bisa mencapai 30 meter.

Kayunya yang kuat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk membuat mebel dan membangun rumah. Sementara daunnya dikonsumsi secara tradisional oleh masyarakat dengan cara dikunyah maupun direbus seperti teh atau kopi.

Baca juga:Selain Ganja, Kejari Labusel Musnahkan Barang Bukti Lebih dari 200 Gram Sabu

Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri) mencatat geliat industri masyarakat pada tanaman ini terjadi pada awal 2007 setelah ada pengepul dari luar daerah datang ke Kapuas Hulu mencari daun kratom untuk kebutuhan penjualan ekspor. Sejak itu warga belajar untuk berbudidaya di lahan-lahan dekat permukiman.

Budi daya kratom di tepi Sungai Kapuas pun mengalami peningkatan signifikan pada 2012, seiring lonjakan permintaan ekspor dari sejumlah negara, terutama Amerika Serikat.

Kratom pada akhirnya menjadi mata pencarian, terutama bagi masyarakat Kapuas Hulu. Kebanyakan dari mereka adalah petani karet yang bertahun merugi imbas harga jual karet yang anjlok.

Dinas Pertanian dan Pangan mencatat total pohon kratom di Kapuas Hulu mencapai 49.391.092,64 atau 49,4 juta batang yang tersebar di 23 kecamatan. Sementara jumlah petani kratom sekitar 18.392 orang dengan luas lahan garapan 11.384 hektare.

Kratom diekspor dalam bentuk bubuk atau tepung. Prosesnya, daun yang sudah kering hasil jemuran dihancurkan hingga menjadi remahan kasar. Setelah itu remahan digiling lagi hingga berubah menjadi bubuk halus.

Bentuk bubuk kratom ini serupa matcha. Warnanya hijau. Ada pula yang berwarna cokelat kemerahan dan hijau muda. Harga bubuk kratom ekspor saat ini mulai dari kisaran US$7 sampai US$20 per kg. Tergantung jumlah yang dipesan dan jalur pengirimannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume ekspor kratom pada 2023 mencapai puncaknya dengan nilai transaksi sebesar US$16,6 juta dan volume 7.695,07 ton.

AS menjadi negara nomor satu yang mengimpor bubuk daun kratom dari Indonesia. Sepanjang 2023 lalu totalnya mencapai 4.702,6 ton dengan nilai US$9,1 juta.

Sementara untuk pasar Eropa, Ceko menjadi negara paling banyak mengimpor kratom dari Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, mencapai 145,6 ton senilai US$1,3 juta pada 2022.

Related Articles

Latest Articles