16.9 C
New York
Thursday, October 3, 2024

Profil Masoud Pezeshkian, Presiden Iran yang Baru

Tehran, MISTAR.ID

Masoud Pezeshkian memenangkan Pemilihan Presiden (pilpres) Iran di putaran kedua dengan perolehan suara hingga 53,6 persen. Ia mengalahkan pesaingnya, Saeed Jalili dengan jumlah suara 44,3 persen.

“Dengan memperoleh mayoritas suara, Pezeshkian telah menjadi Presiden Iran berikutnya,” demikian keterangan Kementerian Dalam Negeri Iran, seperti dilaporkan Al-Jazeera, Minggu (7/7/24).

Secara profil, Masoud Pezeshkian adalah mantan Menteri Kesehatan di bawah pemerintahan Presiden reformis Mohammad Khatami (2001-2005). Ia mewakili Kota Tabriz dalam parlemen Iran sejak 2008.

Pezeshkian adalah ahli jantung yang mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.

Baca juga: Pilpres Iran Digelar 2 Putaran, Berikut Tanggalnya

Pezeshkian populer di kalangan publik setelah menentang tindakan represif terhadap demonstran pro-demokrasi pada 2009 dan kekerasan polisi moral pada 2022 pasca-kematian Mahsa Amini.

Mahsa Amini tewas saat ditahan polisi moral karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan di Iran. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratusan orang tewas dan ribuan orang ditangkap ketika pihak berwenang berupaya menghentikan protes tersebut.

Pezeshkian kemudian mulai memasuki dunia politik usai kehilangan istri dan salah satu anaknya dalam kecelakaan mobil pada 1994. Ia mencalonkan diri sebagai presiden Iran pada pilpres 2013 dan 2021, namun kalah suara.

Pezeshkian merupakan pria 69 tahun keturunan Azeri dan Kurdi. Bahasa Persia bukanlah bahasa ibunya. Fakta ini meningkatkan pamornya di mata kelompok minoritas Iran. Namun, hal ini sekaligus membuat dia rentan terhadap serangan xenofobia dari beberapa rival politiknya.

Baca juga: Sehari Jelang Pemilu, Dua Kandidat Capres Iran Mengundurkan Diri

Dalam debat calon presiden, ia vokal tentang isu-isu kebijakan dalam dan luar negeri. Pezeshkian mengatakan bahwa ia akan lebih terbuka terhadap keterlibatan diplomatik dunia, termasuk Barat. Ia juga akan memulai reformasi di bidang ekonomi dan budaya. (al-Jazeera/hm20)

Related Articles

Latest Articles