16.1 C
New York
Sunday, September 29, 2024

Ini Penyebab Sejumlah Negara Ingin Mendarat di Bulan

Jakarta, MISTAR.ID

Belum lama ini Jepang sebagai negara kelima yang sukses menuntaskan pendaratan di Bulan.

Negara Matahari Terbit itu bergabung dengan sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, China dan India yang berhasil tiba di satelit Bumi.

Hanya pendaratan di purnama kemungkinan bakal menjadi lebih umum dalam beberapa tahun ke depan.

Baca juga:Gagal ke Bulan, Pesawat Peregrine Seharga 100 Juta Dolar Akan Jatuh ke Bumi

Badan Antariksa Eropa menuturkan, secara umum lebih dari 100 misi ke Bulan baik oleh perusahaan swasta maupun pemerintah diprediksi bakal berlangsung pada tahun 2030 mendatang.

Pertanyaannya kenapa negara-negara ini sangat berkemauan pergi ke Bulan?

Direktur eksekutif Pusat Hukum Udara dan Luar Angkasa di Universitas Mississippi Michelle Hanlon menuturkan, Bulan merupakan tempat pembuktian.

“Manusia butuh pergi ke Bulan agar belajar bagaimana hidup di luar angkasa. Belajar bagaimana menggunakan sumber daya luar angkasa. Itu betul-betul sebagai batu loncatan menuju kekayaan yang melimpah di jagat raya,” sebutnya, dilansir Selasa (23/1/24).

Sejumlah kekayaan yang dicari oleh negara dan perusahaan termasuk logam tanah jarang dan isotop helium-3 walaupun langka di Bumi, ternyata melimpah di Bulan, serta secara teori bisa dipakai untuk menggerakkan reaktor fusi nuklir.

Baca juga:Sejumlah Faktor Pemicu NASA Tunda Misi ke Bulan Hingga 2026

Selain itu, ditemukan juga sumber daya alam penting lainnya yang dicari banyak negara adalah air.

Terkecuali penting untuk kelangsungan hidup manusia, air bisa dimanfaatkan membuat bahan bakar roket, yang berarti Bulan suatu hari nanti dapat sebagai stasiun pengisian bahan bakar roket dan batu loncatan untuk eksplorasi Antariksa yang lebih dalam.

“Siapa pun yang sukses mencapai kehadiran di Bulan secara signifikan sudah membuat pernyataan tentang sistem politik, ekonomi mereka dan siapa yang unggul dalam persaingan geopolitik,” ujar Dean Cheng, penasihat senior program Tiongkok di Institut Perdamaian AS. (cnbc/hm16)

Related Articles

Latest Articles