Pematang Siantar, MISTAR.ID
Belakangan ini Indonesia semakin sering dilanda gempa bumi, sebagaimana terekam dalam catatan lembaga kegempaan yang disampaikan Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo.
Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sepanjang 2022 telah terjadi ribuan kali gempa dalam skala kecil hingga besar. Disusul lagi sejak Januari hingga April 2023, terjadi ratusan kali gempa di berbagai daerah provinsi, kabupaten dan kota di Tanah Air.
Untuk mencari tahu apa penyebabnya, seorang geosign (ahli kegempaan), Ir.Jonathan Tarigan diwawancarai MISTAR.ID, Senin (10/4/23) menjelaskan beberapa faktor yang membuat Indonesia belakangan ini semakin sering dilanda gempa.
Gempa itu kata Jonathan, merupakan pelepasan energi dari perut bumi. “Bumi kita ini bersifat bergerak dinamis sejak mula diciptakan, dimulai dari satu saja benua, dulu namanya Pangea,” ujar pakar geologi itu.
Baca Juga:Pasca-gempa di Padangsidimpuan, tak Ada Kerusakan Berarti
Kemudian, seiring perubahan alam dan lapisan bumi, benua Pangea pecah karena pergerakan tektonik membuat benua (Pangea). Pisahannya atau pecahannya menjadi dua, yakni Laurasia Utara dan Gondwana Selatan. Kemudian terpecah lagi jadi benua-benua kecil dan saling bergerak dan bertubrukan.
Menanggapi pemahaman Laurasia itu secara rinci, merupakan superbenua hipotetis yang terpisah dari Pangea pada masa akhir mesozoikum sekitar 200 juta tahun lalu.
Sedangkan Laurasia bersama Gondwana merupakan pemecahan dari Pangea pada masa awal Jura. Laurasia merupakan dataran di belahan utara bumi yang terdiri dari Eurasia dan Amerika Utara.
Pangea, adalah superbenua bumi, yaitu satu-satunya benua, sekaligus daratan yang ada di permukaan bumi. Permukaan berubah karena terbentuk dari lempeng yang dipengaruhi konveksi mantel bumi. Sekitar 541 juta tahun yang lalu, diperkirakan bumi terbentuk dari dua benua besar yaitu Gondwana dan Laurussia.
Dan Gondwana, merupakan benua raksasa di belahan bumi selatan yang merupakan daratan lapang yang terbentuk dari massa daratan benua Antartika, Afrika, Amerika Selatan, Australia, pulau Irian, Selandia Baru, Kaledonia Baru, India dan Madagaskar.
Baca Juga:Gempa 6,4 Magnitudo di Padangsidimpuan Akibat Subduksi Lempeng Indo-Australia
Menanggapi penyebab terjadinya gempa, dikarenakan semakin seringnya terjadi pergerakan lempeng antar pulau yang kemudian bergesekan. Pada saat itulah terjadi pelepasan energi yang tersimpan hingga kemudian terjadi gempa, dimana lempeng dan batuan di perut bumi saling menekan kemudian pecah lagi dan saling melepaskan energi sehingga terjadi gelombang, dan gelombang ini kemudian menjadi gempa susulan.
“Perlu kita ketahui, di Selatan itu ada lempang Gandwana menekan Asia. Kemudian menekan patahan-patahan yang ada di Pulau Sumatra. Patahan inilah yang menjadi sumber gempa dari Aceh sampai Lampung, jumlahnya ada 19 ruas,” papar pakar yang sering menjadi nara sumber membicarakan masalah geologi itu.
“Jadi pulau-pulau kita ini, bagian dari lempeng Benua Asia, dan aktifitas tektonik kita itu menjadi semakin meningkat,” sambung Jonathan Tarigan.
Baca Juga:Gunung Semeru Bergemuru, Alami 21 Kali Gempa Letusan
Seperti halnya, gempa di Sumatera Barat terjadi pada jalur Patahan Sumatera atau Sesar Semangko di sub patahan Sianok. Demikian juga gempa bumi di Mandailing Natal juga terjadi di jalur Patahan Sumatera, sub patahan Angkola.
Berikut Deretan Gempa Tahun 2022
Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sepanjang tahun 2022 telah terjadi ribuan kali gempa dalam skala kecil hingga besar.
Periode 1 Januari hingga 20 Januari 2022, BMKG mencatat sekitar 726 kali gempa. Gempa terbesar 14 Januari 2022 di Banten, berkekuatan magnitudo 6,7 dan berpusat di 52 kilometer Barat Daya, Banten. Walau tidak berpotensi tsunami, namun sangat merusak (destruktif). Lebih 700 unit rumah di 113 desa rusak.
Kemudian, BMKG Provinsi Jawa Barat mencatat sedikitnya 70 kali gempa, rata-ratanya bermagnitudo 2 hingga 3. menyusul Maret 2022, gempa mengguncang Nabire, Papua dengan magnitude 4,9 dengan pusat gempa berada laut, 45 km Barat Daya Nabire dengan kedalaman 20 km. Pada bulan Maret itu juga Jawa Barat dilanda 95 kali gempa.
Baca Juga:Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Masih Tinggi, 160 Kali Luncurkan Guguran Lava Selama Sepekan
Lanjut pada April 2022, beberapa wilayah di Indonesia dilanda gempa. Gempa di Lampung pada 11 April 2022 dengan magnitudo 3,9 dan berpusat di kedalaman 55 km. Gempa bermagnitudo 4,8 juga terjadi di Sukabumi, Jawa Barat pada 26 April 2022. Gempa pukul 12 malam ini tidak berdampak apa pun.
Akhir April, tepatnya 29 April, gempa terasa di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Gempa tersebut berskala kecil, magnitudo 2,3. Selanjutnya, gempa magnitudo 6,5 mengguncang Maluku pada 27 Mei 2022.
Mengutip iNews.id, pusat gempa berada di kedalaman 104 km dan 85 km barat daya Maluku. Tidak hanya sekali, Maluku kembali diguncang gempa, sebulan setelahnya, tepatnya 17 Juni 2022.
BMKG menyebut gempa dengan magnitudo 5,0 itu tidak berpotensi tsunami dan berada di kedalaman 147 km. Pada 9 Juli 2022, perairan Danau Toba (Toba Samosir) dilanda gempa berkekuatan 5,2 SR. Gempa tersebut terjadi sekitar pukul 12.40 WIB dan tidak menimbulkan dampak negatif. Wilayah ini juga diguncang gempa pada 10 Agustus 2022, meskipun dengan skala yang jauh lebih kecil (magnitudo 2,6).
Baca Juga:11 Orang Tewas Usai Asia Selatan Diguncang Gempa
Menyusul 24 September 2022, Aceh dan Bengkulu, dihantam gempa dengan skala cukup besar magnitudo 6,4. Gempa tersebut diakibatkan aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia.
Gempa juga terjadi di Bengkulu pada 9 September 2022 dengan magnitudo 5,0. Walau begitu, gempa Bengkulu tidak berpotensi tsunami. Pusatnya berada di 51 km Barat Daya Seluma, Bengkulu.
Pada Oktober 2022, gempa dengan magnitudo 5,5 melanda Banten pada 9 Oktober 2022. Gempa yang terasa hingga Jakarta ini tidak berpeluang menimbulkan tsunami.
Beberapa wilayah di Tanah Air juga terkena gempa, yakni Cilacap pada 9 Oktober 2022, magnitudo 4,7. Tapanuli Utara pada 19 Oktober 2022, magnitudo 3,4. Kolaka Utara pada 30 Oktober 2022, magnitudo 2,9 dan Sukabumi pada 30 Oktober 2022 dengan magnitudo 4,7.
Pada 21 November 2022, terjadi gempa destruktif berpusat di Cianjur, Jawa Barat hinga terasa ke Bogor. Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 ini menewaskan lebih dari 100 orang dan sekitar 5.400 warga mengungsi.
Disusul lagi gempa yang terjadi pada Januari 2023. Dimana BMKG mencatat terjadi gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, pada Senin pukul 05.30 WIB pada 16 Januari 2023.
Baca Juga:Taput dan Sekitarnya Diguncang Gempa Bumi Tektonik 3,1 Magnitudo
Pusat gempa berada di 1,91° Lintang Utara (LU) dan 97,83° Bujur Timur (BT), atau sekitar 47 kilometer (km) ke arah tenggara dari Aceh Singkil dengan kedalaman 23 km. Meski bermagnitudo besar, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Adapun sepanjang periode 1-16 Januari 2023 telah terjadi 10 gempa bumi dengan kekuatan 5 M ke atas. Gempa di Aceh Singkil merupakan yang terbesar.
Gempa bumi terbesar berikutnya terjadi di 90 km tenggara Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 Januari 2023 dengan kekuatan magnitudo 5,6. Titik koordinat gempa di 8,99° LS dan 111,16° BT dengan kedalaman 10 km.
Selanjutnya, gempa di 197 km barat daya Maluku Tenggara Barat pada 10 Januari 2023 dengan kekuatan magnitudo 5,5. Kemudian di Kaur, Bengkulu pada 14 Januari 2023 dengan kekuatan magnitudo 5,3, dan Kota Jayapura, Papua pada 3 Januari 2023) berkekuatan magnitudo 5,2.
Kemudian gempa terjadi di 129 km barat daya Maluku, Tenggara Barat pada 13 Januari 2023 dengan kekuatan magnitudo 5,1. Terjadi lagi gempa di 44 km timur laut Waropen, Papua pada 11 Januari 2023 berkekuatan magnitudo 5,1, serta di Kota Bogor Jawa Barat pada 15 Januari 2023, Mamberamo Papua, dan Kaimana Papua Barat pada 3 Januari 2023) dengan kekuatan masing-masing magnitudo 5.(maris/hm01)