Pematangsiantar, MISTAR.ID
Imlek merupakan sebuah tradisi terlestarikan bagi orang Tionghoa di seluruh belahan dunia, yang bermakna sebagai sebuah ungkapan rasa syukur dan harapan rejeki atau kelancaran akan tahun yang telah dan akan dilalui.
Imlek dirayakan selama 15 hari dan terbuka sejak masuknya era reformasi 1999 di Indonesia khususnya. Sejarah perayaan Imlek juga sebagai pertanda masuknya musim semi di negeri tirai bambu.
Kegiatan seperti sembahyang langit, leluhur, kumpul bersama anggota keluarga, bersihkan rumah, pemasangan ornamen hiasan bernuansa merah, saling mengunjungi, penyajiaan beberapa hidangan makanan khusus dan pentas kesenian menjadi rutinitas utamanya.
Baca Juga:Jelang Perayaan Imlek, Tebing Tinggi Kondusif
Shio dan elemen alam kerap masuk di dalam perhitungan siklus tahun lunar Tionghoa, yang bermakna dan membawa pengaruh tersendiri dalam proses kehidupan manusia maupun siklus alam semesta.
Demikian diutarakan Wakil Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Pematangsiantar Rudy Wu melalui pesan aplikasi WA, Senin (31/1/22) pagi. “Tahun Baru Imlek 2573 jatuh di hari Selasa, 1 Febuari 2022 dan masuk ke Tahun Macan, atau tepatnya tahun Macan Air,” ungkapnya.
Macan unsur Air, kata Rudy, secara umum berlambang kekuatan, agresif, kepercayaan diri, keberanian, dan memiliki sifat kepemimpinan, kekayaan, kelimpahan, dan kemakmuran. “Elemen air memberikan efek pada pemikiran yang jernih, tulus, dan kevalidan dalam perhitungan,” sebutnya.
Sebagaimana tahun shio Macan, pelambang keberanian, kegesitan dan kekuatan, maka jika ingin menggapai kesuksesan besar, harus punya keberanian dan proaktif membuat perubahan, tidak ragu untuk memulai atau berkolaborasi dengan orang-orang yang lebih mapan.
Baca Juga:Pertunjukan Barongsai saat Imlek 2022 di Siantar Ditiadakan
“Seyogianya Tahun Macan merupakan momentum meraih perubahan dengan keberanian dan ketepatan memutuskan segala sesuatu, sehubungan sikon (situasi kondisi) pandemi Covid-19 masih membayangi. Semangat dan energi shio Macan dan unsur air yang kuat, gesit dan terus mengalir menjadi harapan baru untuk bangkit kembali dan beradaptasi memanfaatkan peluang-pelung di tengah kesusahan yang melanda,” ujarnya.
Disisi lain, menurut Rudy, sebagai makhluk dan insani beriman, akal sehat dan nuraniah, rasa syukur, lapang dada, toleransi, transparan, kasih sayang harus lah menjadi energi dan semangat kebersamaan dalam menjalin kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Sebaliknya sifat-sifat seperti intrik, egois, intoleran, provokasi, munafik, kebencian harus dibuang jauh-jauh agar tidak menjadi racun penghancur diri sendiri dan lingkungan sekitar kita,” kata mantan anggota DPRD Kota Pematangsiantar itu. (ferry/hm12)