19.7 C
New York
Wednesday, September 18, 2024

Ribuan Triliun Uang AS Disebut Menguap di Afghanistan

Jakarta, MISTAR.ID

Menurut audit Kementerian Pertahanan AS, total biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS) sebesar US$825 miliar atau Rp11.742 triliun. Bahkan Presiden Joe Biden mengatakan jumlahnya dua kali lipat lebih banyak, sekitar $2 triliun atau Rp28.465 triliun.

Amerika Serikat sebelumnya dilaporkan menghabiskan total dana US$145 miliar atau Rp2,063 ribu triliun selama dua dekade menginvansi Afghanistan. Uang ribuan triliun dolar itu dilaporkan habis untuk berbagai hal. Utamanya untuk pembangunan infrastruktur dan sumber keamanan Afghanistan.

Laporan Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) bahkan menyinggung soal “pemborosan” seperti di antaranya alokasi dana setengah miliar dolar untuk pesawat yang hanya beroperasi satu tahun saja, pembangunan hotel senilai US$85 juta atau Rp1,2 triliun yang tak pernah dibuka dan kini dalam kondisi rusak.

Baca Juga:11 Negara Ini Waswas Pemerintah Afghanistan Rezim Taliban

Anggaran AS itu juga disebut dihabiskan untuk pengadaan seragam militer Afghanistan yang mewah hingga menelan biaya US$28 juta atau Rp398 miliar hingga pembangunan fasilitas kesehatan yang terdaftar di Laut Mediterania.

Berikut 10 kasus penting yang dikumpulkan CNN selama bertahun-tahun.

1. Pembangunan pembangkit listrik
Pembangkit listrik Tarakhil dibangun pada 2007 sebagai generator cadangan bagi Ibu Kota Kabul jika pasokan listrik dari Uzbekistan terganggu. Sebuah struktur modern dijalankan dengan turbin berbahan bakar diesel, yang dipasok oleh raksasa teknik ternama.

Fasilitas itu menelan biaya US$335 juta saat dibangun dan diperkirakan menghabiskan biaya bahan bakar sebesar US$245 juta setiap tahun. SIGAR melaporkan fasilitas itu hanya digunakan 2,2 persen karena pemerintah Afghanistan tak mampu membeli bahan bakar.

2. Pengadaan Armada Pesawat Kargo
Angkatan udara Afghanistan yang masih muda membutuhkan pesawat kargo. Pada 2008, Pentagon memilih G222, pesawat yang dirancang Italia dan mendarat di landasan pacu, untuk melengkapi AU Afghanistan.

Baca Juga:Sadis! Taliban Eksekusi Kakak Mantan Wapres Afghanistan, Ingin Jasadnya Membusuk

Di tahun pertama, menurut kepala SIGAR saat itu, John Sopko, pesawat-pesawat kargo yang dibeli seharga setengah miliar dolar itu sangat sibuk. Tapi di tahun ke dua dan seterusnya pesawat-pesawat itu tak pernah terlihat terbang dan digunakan lagi. Pesawat-pesawat yang mangkrak tersebut baru diketahui oleh SIGAR ketika Sopko melihat mereka terparkir di bandara Kabul.

Enam tahun setelah pengadaan berlangsung, 16 pesawat yang dikirim ke Afghanistan dijual dengan harga $40.257. Sementara biaya proyek menelan sekitar $549 juta.

3. Pembangunan Markas Marinir di Gurun
Pada 2010, marinir Afghanistan menambah jumlah pasukan di Helmand, wilayah paling mematikan di Afghanistan. Sebuah pusat komando di pangkalan utama Camp Leatherneck dijadikan sebagai bagian dari upaya itu, meskipun markas tersebut tidak diperlukan karena tak bisa selesai dalam waktu cepat.

Padahal, markas itu dibangun dengan biaya sekitar US$36( Rp512 miliar) di sebuah gurun yang tak diminati secara strategis. Juru bicara Kementerian Pertahanan, Mayor Robert Lodewijk, menyangkal laporan SIGAR itu. Ia mengatakan anggaran itu termasuk biaya tambahan seperti jalan menuju markas.

Baca Juga:Taliban Izinkan Warga Asing Tinggalkan Afghanistan

4. Uang Rp398 miliar untuk Seragam Tentara
Pada 2007, seragam baru dipesan untuk tentara Afghanistan. Menteri Pertahanan Afghanistan saat itu, Wardak, menginginkan seragam pasukan dibuat dengan pola kamuflase seperti “Space44ce Forest” buatan perusahaan Kanada HyperStealth.

Sebanyak 1,3 juta set telah dipesan, masing-masing seharga US$43-80. Berbeda dari rencana awal yang diperkirakan US$25-30 untuk seragam pengganti. Sopko mengatakan pembayar pajak memerlukan tambahan US$28 juta untuk membeli seragam dengan pola yang dipatenkan, dan SIGAR memproyeksikan pada 2017 pilihan pola yang berbeda dapat menghemat potensi US$72 juta selama dekade berikutnya.

5. Dana Rp21,3 miliar Per Hari Perangi Produksi Opium
AS menghabiskan US$1,5 juta (Rp21,3 miliar) per hari untuk program kontra-narkotika dari 2002 hingga 2018. Meski begitu, pada tahun 2017, produksi opium Afghanistan disebut terus meningkat empat kali lipat dari 2002. Bahkan saat pandemi Covid-19, ekspor opium dan heroin dari Afghanistan terus meningkat terlepas dari sejumlah pembatasan perjalanan.

6. Rp3,5 triliun untuk Bangun Jalan yang Tak Selesai
Jalan lingkar luar di sekitar Afghanistan ini didanai oleh banyak dana hibah dan donor, dengan total miliaran selama invasi AS berlangsung. Menjelang akhir proyek, jalan sepanjang 233 kilometer dibangun di Utara antara kota Qesyar dan Laman hingga menghabiskan US$249. Antara Maret 2014 dan September 2017 tak ada konstruksi baru dan jalan yang sudah dibangun pun kondisinya terus memburuk.

Baca Juga:AS Khawatir Taliban Umumkan Pemerintahan Baru Afghanistan

7. Bangun Hotel Senilai Rp1,2 triliun
Sebuah kompleks hotel dan apartemen yang luas dibangun di sebelah Kedutaan Besar AS di Kabul dengan dana pinjaman pemerintah AS sebesar US$85 juta (Rp1,2 triliun). Pada 2016, SIGAR menuturkan pinjaman US$85 juta itu lenyap entah ke mana sebab bangunan tak pernah selesai dan tak bisa dihuni. Sementara itu, Kedutaan AS dipaksa menganggarkan biaya tambahan untuk pengamanan area konstruksi yang lagi-lagi berasal dari pajak yang dibayarkan warga Negeri Paman Sam.

8. Dana Bentuk Satgas Khusus
Pentagon menciptakan Satuan Tugas untuk Operasi Bisnis dan Stabilitas (TFBSO) yang diperluas dari Irak hingga mencakup Afghanistan pada 2009. Operasi satgas itu menganggarkan dana U$823 juta. Lebih dari setengah uang itu dikeluarkan TFBSO tidak secara langsung untuk proyek di Afghanistan.

9. Fasilitas Kesehatan di Laut
Sebuah laporan pada 2015 tentang pendanaan USAID untuk fasilitas kesehatan di Afghanistan, mengatakan sepertiga lebih dari total 510 proyek yang sudah disepakati tidak dirampungkan sesuai rencana. Sebanyak 13 fasilitas kesehatan di laut tidak terletak di Afghanistan, satu faskes terletak di Laut Mediterania. Sementara 30 faskes lain berada di lokasi yang berbeda dari laporan USAID.

Baca Juga:Semua Bank di Afghanistan Tutup Sejak Taliban Berkuasa, Warga Kini Tak Punya Uang Tunai

10. Dana Rp270 triliun Disalahgunakan
Sebuah laporan pada Oktober 2020 menyajikan total pengeluaran selama perang. Saat itu, Kongres AS mengalokasikan US$134 miliar (Rp270 triliun) untuk rekonstruksi di Afghanistan sejak 2002. SIGAR hanya dapat mengaudit sekitar US$63 miliar dari total ratusan miliar dolar itu. Sementara itu, sekitar US$19 miliar lainnya hilang karena pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan. (cnn/hm12)

 

Related Articles

Latest Articles